Wednesday 27 June 2007

Tekad awal berbisnis

Saya adalah karyawati dengan 2 putri. Dan kebetulan suami saya wiraswasta di bidang perkapalan. Saya dilahirkan dari keluarga yang birokrat alias pegawai, jadi tidak pernah mempunyai pengalaman berwiraswasta. Di awal menikah suami kena "tipu" oleh teman2 deketnya sehingga duit ratusan juta yang seharusnya buat beli rumah melayang. Suami saya bener2 dalam kebangkrutan alias zero bahkan bisa dibilang minus. Dan waktu itu saya masih kerja dengan gaji yang kurang sesuai dengan latar belakang saya (karena saya lulusan S-2). Namun saya harus bertahan di perusahaan itu dengan kondisi suami yang masih down.

Saya dan suami pernah mengalami duit dibawa lari teman dekat suami. Waktu itu saya hamil 7 bulan, dan rumah kontrakan saya ternyata hanya dibayar separo oleh teman suami sisanya dia ambil tanpa sepengetahuan suami. Saya stress bukan main, apalagi dalam kondisi hamil tua. Akhirnya saya pindah rumah dengan bantuan orang tua (tinggal di jawa) karena saya dan suami sama2 merantau ke Jakarta dan saudara kami semua di daerah.

Suami saya berusaha recovery, cuman kala itu saya masih belum begitu mengerti tentang dunia wirausaha atau berbisnis. Jadi banyak sekali kesalah pahaman antara kami berdua mengenai hal ini karena saya terbiasa menjadi TDB. Ternyata memulai sesuatu yang baru itu juga tidak semudah yang dibayangkan. Kadang saya merasa kasihan sekali melihat usaha suami yang kesana kemari, dengan uang pas2an dan tidak ada modal sama sekali. Sedangkan saya yang terbiasa dengan keluarga berkecukupan merasa sangat berat menghadapi semua itu.

Alhamdulillah setelah 3 th berlalu suami sudah bisa mempunyai kontrak project meskipun nilainya tidak begitu besar yang di mulai January th ini tapi sangat membantu. Tahun ini saya merasa lebih baik. Dan dulu ketika suami saya menyuruh saya berdagang di kantor, saya selalu menjawab "tidak mau" mungkin karena saya belum mencoba dan tidak terbiasa dengan "usaha sendiri-berdagang" karena memang latar belakang keluarga saya yang lain.

Pada bulan Maret 2007, suami saya menyuruh saya membantu temennya yang membuat bantal dan guling. Awalnya saya tetep keukeuh tidak mau, dan saya merasa malu jualan di kantor yang mayoritas orang non pri. Selang seminggu, ya.. karena kepepet saya ingin sekali mempunyai side job, saya berusaha berjualan meski bener2 harus dengan effort di batin saya. Dan tidak disangka2 orderan banyak sekali. Sekali lagi saya bersyukur Alhamdulillah. Kalau dihitung2 jualan saya hingga bulan ini sudah bisa mencapai angka Rp. 24,5jt. Tapi bulan ini sepi, karena memang promosi saya agak berkurang terkuras kerjaan kantor. Dan memang uang tersebut masih saya pergunakan untuk tutup lubang2 sy di masa lalu.

Saya mempunyai banyak sekali teman2 baik dari jaman dulu SMP, sampai dengan kuliah, temen kos bahkan temen main ataupun temen milis. ALhamdulillah saya mempunyai temen2 yang awet dan loyal satu terhadap yang lain. dan saya memarketkan Ban-Ling saya via temen2 deket saya ini. Mereka banyak sekali membantu saya.

Sekarang saya ingin independen tidak bergantung dengan temen suami. Memang saya terkadang masih mentok di modal tapi ya let see... pasti ada jalan keluar. Untuk bisnis ini tiap hari saya dan suami saling bekerja sama, siang suami ambil barang, malam sy pulang kantor sampai rumah jam 6.30pm, setelah itu main dengan anak2. setelah menidurkan mereka, saya langsung kerjakan urusan bisnis Ban-Ling saya hingga jam 12 malam bersama suami. Dari cek jahitan, bikin surat jalan dan invoice termasuk komisi teman2 yang menjual. Besoknya suami siap anter barang ke kantor2 temen sy.

Tiap hari sabtu saya (dulu gak pernah naik motor) bersama suami survey kain, naik motor ke cipadu. Cari daganganan sprei karena ada beberapa permintaan meski cuman 1-2 saja. Dan hari minggu acara buat keluarga. Memang kalau dipikir2 berat sekali, dan super duper capek, tapi saya tetap semangat, apalagi jika melihat 2 putri kecilku yang sudah mulai besar.

Dengan saya bergabung dengan milis TDA ini saya sangat senang dan ternyata berdagang dan sebagai TDA itu malah cenderung menyenangkan dan memberikan kepuasan tersendiri, apalagi pas kita terima uang dari pembeli. Kepuasan itu untuk pertama kalinya saya rasakan. Dan sekarang saya sudah PeDe untuk berjualan meski masih sebagai AMPHIBI dan terkadang pula di tengah2 kadang bingung. Pengen sewa toko kecil, tapi belum mempunyai modal cukup dsb.

Tapi saya yakin dengan kerja keras saya dan suami, we will have something more to share, to give.... one day...It will come. We will wait and see.

Thanks to my Hubby for supporting and my children for inspiring
I believe "No Glory without sacrifation".