Wednesday 21 November 2007

Keep Your Faith and Think Positive

Akhir-akhir ini saya terlupa mengenai “think positive” or “positive thinking”. Karena keseringan senewen berangkat kerja dengan kemacetan yang sungguh bikin stressfull di tol Kebun Jeruk.

Setelah saya di tegur oleh bu Ning mengenai hal ini, saya jadi tersadar bahwa apa yang kita pikiran akan mempengaruhi apa yang akan kita lakukan. Dalam dua hari ini saya merenung, karena memang saya orang yang tidak pernah kelihatan susah paling banter cuma kelihatan capek (sepanjang orang melihat di kantor) meski pikiran saya macem-macem, palingan saya hanya terdiam saja.

Tanpa saya sadari (kalau tidak saya renungkan), apa yang terjadi terhadap saya saat ini adalah hasil pemikiran-pemikiran saya di masa lalu. Seperti dulu ketika orang tua saya pindah ke Pati ketika saya masih SD. Perjalanan dari Wonosobo ke Pati selalu lewat Semarang. Yang terbersit dalam pikiran saya: “Wah enak kali ya kalau bapak pindah ke Semarang, ada mall-nya yaa… kota besar gitu loh….” Ternyata ketika saya kelas 3 SMP, bapak dipindahtugaskan ke Semarang. Padahal saat itu saya udah pindah ke Jogja.

Ketika dulu saya tinggal bersama kakak di Jogja, kita semua naik motor tapi saya gak punya karena juga masih kecil. Saya liat ada cewek rambut panjang kuliah di UGM gitu dan setir mobil starlet. Dalam benak saya:” Wah enak ya mbaknya udah cakep, bisa nyetir pake mobil starlet lagi”. Nah giliran saya lulus SMA, saya udah nyetir , dank arena diterima UMPTN saya dibeliin bapak, mobil starlet silver….. Wah rasanya jadi kayak de Javu..

Pikiran saya juga tidak berhenti sampai disitu, ketika kakak-kakak saya secara giliran ikuta jalan-jalan ke luar negeri. Saya sih santai aja diajak ayo… gak juga gak papa karena dalam hati saya “yakin” kalau someday saya juga bisa ke luar negeri. Dan ternyata ketika itu saya malah pergi umroh dan ikut study tour ke Singapore, saya ikut exchange program ke Austria selama 6 bulan. Dan saya merasa puas… meski memang bedanya saya tidak pernah pergi dengan orang tua alias selalu sendiri.

Pikiran-pikiran dan keyakinan saya yang membawa saya sampai dititik dimana sekarang saya berdiri, dengan semua kekurangan dan kelebihannya. Termasuk yang baru saja terjadi ingin punya mobil Avanza, pengen berwirausaha (trus malah gabung ke TDA), terus mengalir pengen mengenal para membernya, dan termasuk ketemu dengan Pak Nano semalem.

Memang think positive itu suatu keharusan, dan saya sudah mengalaminya berkali-kali dan dalam berbagai hal termasuk yang berhubungan dengan suami saya. Tapi memang bedanya apa yang saya pikirkan ini “Never” terucap, jadi hanya diri saya yang tahu dan sebatas mana saya merasa yakin. Feeling saya selalu ada signal terhadap apa yang saya lakukan. Seperti ketika saya punya keingin agar suami kembali ke koridor bisnisnya, saya tak tahu caranya gimana, tapi saya punya keyakinan dia akan bisa kembali kesana. Dan setelah 4 th lebih hal ini terbukti dan blio sudah kembali ke koridornya, pekerjaan yang merupakan kesukaaannya yang berhubungan dengan air.

Jadi setelah saya sempet terlupa untuk “Think Positive”, mulai hari ini saya harus melakukan itu. Dan sebagai tambahan buat saya adalah “Faith".

So "Keep your Faith and Think Positive”.

Sarasehan dengan Pak Nano

Saya sebut sarasehan karena melihat Pak Nano, saya jadi teringat dengan ayah saya yang sebelum pensiun adalah salah satu pejabat di daerah. Yang selalu memberikan “wejangan-wejangan” atau “nasehat-nasehat” dan tukar pikiran pada orang sektiar. Liat Pak Nano kayaknya pantes kalau jadi pejabat makanya saya candain buat jadi balon (bakal calon) Walikota Surabaya .

Yang kedua, kekompakan Pak Nano dan Mbak Christine, mengingatkan saya kepada kakak saya yang usahanya di bidang percetakan, outsourcing dan sebagai master franchise LP IPIEMS se Indonesia, yang berkantor pusat di Semarang. Dan memang dengan kekompakan itu membawa kesuksesan yang dobel, ya usaha tapi keharmonisan rumah tangga juga OK.

Semalem di Manet sangat seru sekali perbincangannya, dari saling berbagi pengalaman ataupun progress yang sudah dicapai hingga saat ini oleh para member. Dan peluang-peluang lain yang ada, seperti mengikuti pameran-pameran yang menjadi salah satu program pemerintah. Makanya selesai jam 23.30 dan itupun masih serasa kurang padahal pagi ini saya juga harus ke kantor. Tapi tetep semangat aja tuh... karena inget kata-kata Ibu Ning juga bahwa kita harus selalu berpikiran positif.

Pada intinya, semalem itu terasa kekeluargaan sekali, dengan canda tawa dari Ibu Ning wah jadinya seru benerr......namun karena saya juga masih belajar untuk menulis, terkadang tidak semua bisa ter-narasi di tulisan saya. Menurut saran Ibu Ning… kita harus belajar menulis terutama menulis yang positif maka saya berusaha untuk belajar dan menulis lebih baik lagi.

Wednesday 14 November 2007

de Bloomen as Door Prize

De Bloomen ikut berpartisipasi dalam acara Halal Bi Halal TDA (Tangan Di Atas) yang diadakan di Café Omah Sendok, dengan memberikan 5 buah de Bloomen Super Pillow sebagai door prize di acara itu. Hal ini dilakukan de Bloomen juga ketika ada acara serupa di Semarang.

Untuk Acara HBH di Omah Sendok, syukurlah de Bloomen Super Pillow mendapat tanggapan yang positif dari penerimanya. Yang menerima bantal de Bloomen Super Pillow antara lain Pak Haji Alay (sesepuh TDA), Pak Roni (Founder TDA), Pak Haryo (Mantan Dir salah satu Bank, sebagai pembicara dalam acara HBH) dan Pak Fauzan (member TDA dari Surabaya).



*Pak Haryo setelah menerima de Bloomen SUper Pillow. (Setelah hunting sana sini, dan ternyata jeng Yulia punya hehehhee:):)

Iam so happy, ketika tanggapan pihak yang menerima bantal ini menyambut positif. Semua orang mengira produk de Bloomen adalah impor. Karena memang packaging yang unik, dengan kualitas bantal yang tak kalah dengan bantal mahal yang lain.


Sukses buat de Bloomen.

de Bloomen History

Usaha de Bloomen itu dirintis sebenernya juga tanpa sengaja. Pilihan nama itu juga sebenernya diharapkan de Bloemen yang dalam bahasa Belanda artinya Bunga. Cuman karena kesalahan cetak merk jadilah de Bloomen. Ya sudahlah.. mungkin itu hoki buat bisnisku :):) Who knows?

Sebenernya bisnis ini juga dateng secara tidak sengaja, dan mungkin memang sudah jalan buat Aku dan Mas Warri, suamiku. Bermula dari teman, akhrinya kami handle semua sendiri. Awalnya muncul ide2 tambahan meski produk pertama yang dari kawan kita tidak memenuhi "standar" kami. Aku memang rewel untuk urusan satu ini. Maunya jahitan rapi, isian perfect dan nyaman juga tiada cacat baik di kain dsb. Bener-bener harus sempurna. Partnerku (disini) Mas Warri, mungkin kalau bukan suami udah gak tahan juga kali..... (makasih ya Pa udah sabar), selalu kena komplain dari aku. Tiap kolegaku order dan banyak, aku selalau saklek juga kerjaan harus cepet dan harus sempurna. Padahal dengan bisnis tidak sengaja ini (jualin punya teman), baik aku dan suami juga gak bisa push si Teman ini dengan kriteria kita.

One day ya udah kita putuskan untuk handle sendiri, dengan SOP yang sudah kita tentukan. Wah disinilah mulai "rame" antara aku dan suami. Aku sebagai otak pegawai, suami sebagai otak TDA. Gak cucokkkk......... beda pendapat, pemikiran, penyesuaian memakan waktu lebih dari 3 bulan. Hehehhehe sabar ya mas.. sabar..

Untuk Brand de Bloomen, Mas Warri yang pilih dengan persetujuan "nyonya" alias aku hehehe, design bantal, blio juga yang utak utik, dengan komentar dari aku juga. Insinyur kapal jadinya utak utik per-bantal-an. Akhirnya ya tercipta de Bloomen Super Pillow.

Packaging de Bloomen. Kita mikir-mikir lagi. awalnya tidak divacum jadi bantal gede2 gitu ditenteng dan delivery dari kantor ke kantor. Wah kalau inget ya kasihan juga, yang kepayahan ya suamiku tersayang. Akhirnya ketemu deh konsep packaging yang bisa untuk bantal yang divacumm, dengan size yang tidak terlalu besar karena untuk delivery bisa kena volume, dan yang pasti tahan lama, artinya dibanting juga gak cepet jebol.



Mas Warri emang jago deh untuk urusan beginian, aku banyak terbantu juga karena blio. TOP papa... ide-idenya selalu berkembang, dan konsep-konsep yang dibuat taktis. Dan yang terpenting adalah pengendalian diri kita juga. Aku itu tidak sabaran juga, tapi ya... suamiku penuh dengan perhitungan dan skenario. Usaha ini memang buat aku, tapi karena keterbatasan waktuku ya mau gak mau juga suami tetep bantuin. Ya.. bisa dikatakan sebagai "partner" meski de Bloomen ini juga hal baru buat blio. Karena biasanya ngurusin Kapal, sekarang musti bisa jahit :):)

Yah hasil dari ide-ide untuk de Bloomen seperti yang sudah beredar dipasaran sekarang. Dan banyak pula yang tanya apakah de Bloomen itu import dsb... Sebenernya, ini produk pertama dan satu-satunya yang ada yang pasti di Indonesia ya, gak tau kalau worldwide. karena produk ini adalah invention dari suami dan aku.

Tuesday 13 November 2007

Foto dengan Pak Haji Alay

Saya tidak jago untuk menulis, gak tau juga ya… selalu bingung sekali tiap mau menulis. Nggak tau harus mulai dari mana dan bagaimana… Ughh…. Padahal di rumah saya ada satu buku yang aku sebut “Blue Book” yang selalu update hal2 yang aku alami… meski setelah dibaca juga tulisannya kacau balau susunannya…

Anyway, saya coba untuk share perjalanan saya di hari sabtu (10 November 2007).

Saya menjadi angota TDA memang belum lama, dan saya juga baru 2 kali mengikuti acara offline di TDA. Yang pertama kali ketika ikut hadir dalam TDA 11 digit pertemuan yang pertama di Café Primavera, dan yang kedua acara Halal Bi Halal di Omah Sendok. Maklum saya masih TDB, dan sedang bikin plan untuk ancang-ancang jadi TDA. At least ya jadi Ibu Rumah Tangga yang berpenghasilan, itu cita-cita saya yang saya yakin dapat terwujud.

Awal saya join, memang sedikit tidak Pe De mengingat saya belum juga kenal dan akrab dengan member TDA. Ketika TDA 11 digit, saya modal nekat mengikutkan suami untuk join TDA 11 Digit. Karena awalnya Mas Warri suami, saya belum mengetahui kalau saya sudah join ke milis TDA meski beliau sudah mengetahui TDA dari teman2nya.
Setelah pertemuan itu, beberapa saat suami sempet vacuum dari kegiatan pertemuan TDA 11 digits karena berbagai kesibukan yang terkadang bagi beliau waktu 24 jam kurang rasanya.

Dan acara kedua yang saya ikuti adalah Halal Bi Halal di Omah Sendok. Bayangan saya, kalau saya akan canggung disana. Tapi ternyata ya memang beberapa orang ada yang belum pernah datang ke acara offline TDA. Dan ternyata para member disini orangnya ramah2 dan akrab. Padahal kalau dipikir2 pernah ketemu saja belum  Namun sayangnya saya tidak bisa mengikuti acara ini sampai selesai. Karena buah hati saya sudah rewel sekali, maklum sudah jamnya tidur siang (sekitar jam 1.30pm). akhirnya saya pamit pulang duluan.

Dalam acara HBH ini saya dan suami sepakat untuk memberikan de Bloomen Super Pillow sebagai doorprice untuk peserta. Dan ternyata bantal produksi de Bloomen diberikan kepada Pak Haji Alay, Pak Haryo, Pak Rony dan Pak Fauzan. Saya sangat surprise, karena bantal de Bloomen malah dijadikan buah tangan (istilah saya). Dan dapat komentar yang bagus dari semua yang mendapatkannya. Alhamdulillah. Namun sangat disayangkan saya kehilangan momen itu karena pulang lebih awal. Tapi ya… apa mau dikata. Dan tidak ada foto pas penyerahan bantal saya duhh duhh… kasihan deh saya …..(Sambil berpikir gimana ya.... bisa foto dengan pak Haji Alay).

Akhirnya saya minta saran ke Pak Iim, chat dengan Pak Hadi dan Pak Rony. Akhirnya saya bikin janji nih dengan pak Hadi ke Tanah Abang pada hari Sabtu jam 9am untuk minta pendapat dari Pak Haji Alay. Maklum karena juga baru pertama kali begitu, saya Tanya ke Pak Hadi jam berapa ketemu? harus tanya ke Pak Haji dulu tidak? Sampai Pak Hadi bilang: “Kalau mau ketemu Pak Haji gak seperti ketemu mentri, ya datang aja, kalau gak ada besoknya datang lagi” Hehehehe saya geli juga, maklum saya terbiasa buat appointment dengan birokrasi yang cukup rumit.

Finally, Sabtu saya dan suami tiba di TA jam 10am kurang, saya sms Pak Hadi, ternyata Pak Hadi tidak bisa hadir karena ada saudaranya kecelakan dan akhirnya beliau harus pulang ke Wonosobo (saya turut prihatin ya pak..). Karena sudah di TA, ya saya ajak suami saya aja untuk ke tempat Pak Haji yang sebelumnya alamatnya saya sudah dapat dari Pak Rony. Wah saya bener2 malu juga sebenernya karena “Blank” masalah Tanah Abang ini dan tempat Pak Haji. Harus saya akui saya ke Tanah Abang bisa dihitung dengan jari, dan kalaupun ke Tanah Abang palingan saya ke Blok A. Saya jarang dan bisa dibilang belum sampai 5 kali ke TA apalagi sampai ke Blok F. Kalau suami saya sih mungkin lebih familiar daripada saya. Karena saya sudah “parno” duluan.

Sesampai di tempat Pak Haji, beliau langsung menyambut dengan hangat… wah beyond on my expectation. Karena beliau sungguh low profile sekali dan ramah banget.. banget dey.. Katanlah saya yang masih bau kencur di TDA beliau sambut dengan positif. Beliau ajak kami berdua untuk melihat ruko Pak Haji (baju muslim, jeans, kerudung, pecidan sajadah). Dan beliau tunjukkan peci dan sarung dengan merk Pak Haji Alay. Trus kita diajaknya ke toko Pak Ainun dan Pak Edy yang menjual perlengkapan bayi plus selimut pak Hadi. Dan juga ruko Mbak Ade dan suami yang menjual sandal dan tas, serta ruko pak Haji yang diisi oleh beberapa member TDA. Pak Haji bilang supaya kami ada inspirasi.

Terus terang saya masih kayak orang bingung bin linglung, karena Pak Haji minta saya untuk taruh bantal saya disana dan coba untuk membuat bantal dengan harga yang lebih murah dan kuantiti yang besar apalagi kalau mau bersaing di Tanah Abang. Masukan dan tantangan yang bagus sekali buat saya dan suami. Hanya saja karena saya juga baru pertama kali, wah… seperti yang saya bilang tadi kayak orang linglung.

Pertama, saya selalu takut buat ke Tanah Abang terutama ke Blok F dan baru kali kedua saya ke Blok F (norak ya) tapi kenyataannya kemarin tak seseram yang saya bayangkan. Kedua, bertemu dengan sesepuh TDA, dan beliau sangat welcome sekali dan jauhhhhh dari bayangan saya, sampai beliau antar kamu untuk keliling seputar ruko blok F, (terima kasih Pak Haji). Jadinya ya saya keliling seputaran Blok F yang saya anggap serem sebelumnya. Ketiga, beliau meminta agar bantal saya di display di toko beliau yang jual perlengkapan rumah tangga (taplak meja, bed cover) yang diisi oleh member TDA. Keempat, akhirnya saya foto juga dengan pak Haji Alay  di toko beliau pula, dalam foto gak seperti sedang berada di Tanah Abang bayangan saya yang seram oiii….  jadi akhirnya saya dapet fotonya dengan Pak Haji  buat dipasang di Web.




Mungkin pengalaman ini bagi orang lain adalah pegalaman biasa tapi buat saya luar biasa karena bagi saya Tanah Abang bukan tempat yang menyenangkan bahkan cenderung mengerikan, maklum saya paranoid sekali dengan tempat2 yang over crowded. Bahkan saya sempet malu juga bertanya ke Pak Rony, alamat tokonya Pak Haji. Sampai rumah, saya masih aja bilang ke suami: “Pak Haji baik banget ya mas” Dan kita juga sedang mikirin saran-saran dan masukan dari Pak Haji. Semoga bisa terwujud. Karena cita-cita saya mau jadi Ibu RT berpenghasilan. Ganbatte Yesi!!!!!!!

Special thanks to: Mas Warri, Pak Haji Alay, Pak Iim, Pak Rony dan Pak Hadi.